Skip to main content

Posts

Impeesa Perbanas Jakarta

 IMPEESA PERBANAS JAKARTA Kelangsungan sebuah organisasi kampus sangat ditentukan dengan keberadaan anggota yang terus bertambah sehingga kegiatan yang bermanfaat dapat terus diadakan. Selain itu komunikasi antar anggota, baik yang masih aktif kuliah maupun yang sudah alumni tetap harus terjaga. IMPEESA adalah sebuah organisasi Pecinta Kegiatan Alam Terbuka atau sering disebut Mapala (Mahasiswa Pecinta Alam) yang ada di kampus Perbanas Jakarta. Berdiri sejak 10 Oktober 1987 atau sudah 33 tahun usianya saat ini. Pegiat atau anggota Pecinta Alam harus memiliki jiwa leadership, mampu bekerjasama, fisik juga mental yang kuat, rendah hati, penuh ketenangan dan berani mengambil keputusan sehingga siap menghadapi tantangan dalam setiap petualangan, baik saat pendakian gunung, panjat tebing maupun diving di laut yang dalam. Pengalaman itu semua menjadi sebuah pembelajaran berharga sarat dengan hikmah yang kelak dapat dijadikan bekal bagi kehidupan nyata. Kini di usianya yang sudah 33 tahun, IM
Recent posts

No more War - No more Trouble

  No more War - No more Trouble Sepulang dari Sintang, salah satu Kabupaten  outer  dari Kalbar. Subuh, sambil nunggu jemputan mantan Kekasih. Saya nyempetin diri ngopi di Asiang, tukang koran pun belum lewat jadi baca berita yang ada di facebook. Ada 2 tulisan yang bikin mata ngantuk gegara tidur kurang, jadi melek. Satu menyoal Annual Event hemat energi, yang satu lagi soal "pepesan kosong" yang ga ada ujungnya untuk diributin.  “Langit begitu hitam sampai batasnya dengan Bumi hilang. Akibatnya, bintang dan lampu kota bersatu, seolah-olah berada di satu bidang. Indah, kan?”  ―  Dee Lestari ,  Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade Jadi "Indah" ketika untuk satu jam malam jadi gulita hanya satu titik penanda bahwa ritual sudahlah tiba. Tak perlu dikritik tak perlu dicemooh. Himbauan hanyalah ajakan,  Jikalau suka bolehlah turut. Persoalan kreatifitas dan seni iitu urusan jiwa. “Kalau saja hidup tidak berevolusi, kalau saja sebuah momen dapat selamanya

9 HDR Photography Myths

  9 HDR Photography Myths Ending soon  – popular HDR software deal today:  Aurora HDR + CameraBag Cinema HDR (high dynamic range) is a subject that gets a lot of attention, both positive and negative, within the photography community. Because the topic can be so polarizing it seems like there are many myths or misunderstandings surrounding HDR photography. In this article we’ll take a look at nine common myths and why they are not true. “Zion Canyon HDR” by  Ben Jackson 1. HDR is a Way to Take Bad Photos and Make Them Good If you’ve spent very much time browsing sites like Flickr, 500px, 1X, or any other photo sharing community, you have probably noticed that some HDR photos really jump out at you. Sometimes there is a tendency to think that if you can use HDR to get a more intense image, you can turn average—or even below average—photos into something special like the ones that are catching your eye. The truth is, HDR is not a cure for bad photos. In order to get amazing results you w

Nasi Goreng

  Kalo lagi laper tengah malem yang gampang dibikin cuma Nasi Goreng atau indomie. Dari jaman sekolah, sambil buat tugas kelompok pasti kelaparan tengah malam. Biasaaa..anak sekolah kantong cekak, ilmu peta kompas dari Mapala cuma bisa Azimuth tembak langsung ke arah dapur. Mau dapur di rumah sendiri atawa dapur di rumah temen. Orientasi medan cuma dapur.  NGebe ,.. istilah barudak kampus, alias Nge Benalu...alias Berani Nantang Malu. Cuma modal sikat gigi yang udah patah batangnya udah cukup buat pergi tugas belajar kelompok, perkara baju ganti buat besok kuliah gampang,..pinjam punya kawan, yang bekas punya kita, tinggalin.... Nasi goreng juga jadi masakan gampang buat yang tugas di base camp ketika tugas DIKDAS - Pendidikan Dasar Kegiatan Alam Terbuka, dari Mountaineering, Diving dan Gunung Hutan.  Saking udah jadi makanan umum orang Indonesia,  Seorang Wanita Belanda kelahiran Surabaia,  Louisa Johanna Theodora "Wieteke" van Dort   dikenal di Indonesia dengan nama  Tante

DSLR Camera Cleaning & Maintenance Tips

  DSLR Camera Cleaning & Maintenance Tips   Okay, so you’ve just shelled out your hard-earned coin for a sophisticated (codename for “expensive”) digital camera. Even if you’ve done the sensible thing and purchased a quality camera bag or backpack to keep it in one piece when not in use, you’ve only taken the first of two important steps toward keeping your camera in good working order. photo by  The Preiser Project You see, through the natural course of using your camera, it  will  get coated in microscopic bits of dust and grime, no matter how careful you are with it; the shiny lenses and camera bodies attract dust like you wouldn’t believe. So, you’re going to need to spend some time detailing your camera to keep it nice and clean and in good working order. And it’s not just microscopic dust and dirt you that may cause you to have to take time to clean your camera. For instance, you may be out taking photos when it starts bucketing down with rain. Now, rain can be a good thing,

How I Learned to use a DSLR

  How I Learned to Use a DSLR Camera If you’re looking to get the most out of your new DSLR camera, you’re going to want to get out of the automatic Program mode (which is fully automatic) and begin learning how to take photos either in Shutter Priority mode, Aperture Priority mode or, ultimately, full Manual mode. Manual mode. Photo by  Levente Fulop When you’ve got your camera in Program mode (usually signified by a letter “P” on the mode dial of your DSLR), you’re basically handing over all of the decision making responsibility to the camera. The camera will then use its coded algorithms to decide what is the most appropriate settings to use—that is, how wide the aperture should be, how fast the shutter speed should be. Both of these (aperture and shutter speed) affect the amount of light data that can be captured by the camera’s digital image sensor, and what the camera calculates as appropriate might not result in an image that’s desirable. Essentially, when you buy a DSLR and kee

Motret Prewedding

  Kali ini saya mo bahas soal Pre wedding, ga tau siapa yang mulai. Pre Wedding Photography sudah menjadi paket wajib yang harus dibayar bagi pasangan yang akan menikah. Kayaknya, Indonesia adalah negara satu-satunya yang mempopulerkan konsep ini. Padahal, secara umum di dunia fotografi, kegiatan ini tidak lazim . Sekilas sempat saya cari referensi sebelum nulis topik ini,  bahwa Arbain Rambey dalam salah satu tulisannya di harian Kompas. “Istilah fotografi pre wedding punya kesalahan bahasa yang parah,” katanya. Kata pertama menggunakan bahasa Indonesia, namun kata selanjutnya adalah bahasa Inggris. Hehehehehe,... padahal kata "Pre" di sini pun berasal dari bahasa Inggris.  Kalaulah benar secara tata bahasa Inggris adalah pre wedding photography. Namun ini pun malah makin salah, karena fotografer luar selain Indonesia akan bingung pada istilah ini karena ini termasuk tidak lazim dalam dunia fotografi mereka. Orang Barat hanya tahu foto Engagement, ato Foto Tunangan  cuma gay